Laporan Mikrobiologi Dasar : Identifikasi Jamur


1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jamur atau cendawan adalah organisme yang mampu mengubah makhluk hidup dan benda mati menjadi sesuatu yang menguntungkan atau merugikan. Jamur memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia atua hewan. Organisme ini dapat menghasilkan berbagai jenis toksin yang di sebut mitoksin, tergantung jenis jamur. Jadi jamur juga dapat menyebabkan alergi dan infeksi, juga menyebakan tingkat dekomposisi makanan (Handjani et al., 2006).

Penampilan fungi atau cendawan tidak asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju. Pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur di lapangan dan hutan. Kesemua ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada speciesnya. Fungi/cendawan adalah organisme heterotrofik-mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka hidup, dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah, dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya (Pelczar dan Chan, 2008).

Menurut kurniawati (2010), berdasarkan karakteristik nya, klasifikasi jamur dapat di bedakan menjadi 3 kelas utama dalam dua divisi, yaitu :
1. Divisi Myxomychopyta.
2. Divisi Eumychopytha
  a. Kelas phycomycetes, golongan jamur tingkat rendah.
  b. Kelas ascomycetes, golongan jamur tingkat tinggi.
  c. Kelas basidiomycetes, termasuk jamur tingkat tinggi.
  d. Kelas deuteromycetes, termasuk golongan fungi imperfecti, yakni golongan jamur (cendawan) yang memiliki fase pembiakan seksual yang belum diketahui dengan jelas.
Jamur merupakan organisme yang mempunyai tanaman tetapi tidak mempunyai klorofil. Jamur berkembangbiak dengan spora. Jamur merupakan tumbuhan yang berinti. Jamur menyerupai jaringan, tidak berklorofil. Berbentuk uniselular ada yang berbentuk filamen/serat disebut hifa.

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum Mikrobiologi Dasar mengenai materi Identifikasi Jamur adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi jamur dengan media PDA.

1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi Dasar materi Identifikasi jamur dilaksanakan pada hari jumat. Tanggal 28 Maret 2012, pada pukul 15.30 – 20.00 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Universitas Brawijaya, Malang



2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian jamur
Jamur atau cendawan adalah organisme yang mampu mengubah makhluk hidup dan benda mati menjadi sesuatu yang menguntungkan atau merugikan. Jamur memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia atau hewan. Organisme yang dapat mengahsilkan berbagai yang disebut sebagai mikotoksin, tergantung jenis jamur. Jamur dapat menyebabkan alergidan infeksi juga menyebabkan tingkat dekomposisi bahan makanan (Handjani et al., 2006).

Sebagian besar eukariotik ini tumbuh sebagai filamen tubuhan yang di sebut sbagai hifa. Jalinan massa hifa di sebut misellium. Hifa adalah senositik, artinya tidak tergolong menjadi sel-sel tersendiri. Fungi tidak mempunyai klorofil dan karena itu heterofikn (kimball,1992).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang tersedianya nutrien, air, ph, oksigen, potensial reduksi, ada nya zat-zat penghambat dan adanya jasad renik lain (Waluyo, 1995).

Fungi atau cendawan adalah organisme heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikan dari zat-zat kimia yang lebih sederhana yang kemudian dikembalikan ke dalam tanah dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya (Pelczar dan Chan, 2008).

2.2 Morfologi Jamur
Jamur benang atau biasa di sebut jamur merupakan organisme anggota kingdom fungi. Pertumbuhan jamur di permukaan bahan makanan mudah di kenali karena sering kali membentuk koloni berserabut seperti kapas. Tubuh jamur berupa benang yang disebut hifa, sekumpulan hifa di sebut misellium. Miesllium dapat mengandung pigmen dengan warna-warna merah, ungu, kuning, coklat, abu-abu, dan sebagainya. Jamur benang pada umum nya bersifat aerob obligat, pH pertumbuhan berkisar 2-9 , suhu pertumbuhan berkisar 10-35oc, water activity 0,85 atau di bawah nya ( Handjani et al., 2006).

Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khusus berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut dengan hifa. Kumpulan hifa akan membentuk miselium. Fungi merupakan organisme eukariotik yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) mempunyai spora, (2) memproduksi spora, (3) tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis, (4) dapat berkembangbiak seksual dan aseksual, (5) tubuh filamen dan dinding sel mengandung kitin, glukosa dan manan (Waluyo, 2011).

Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain dapat berupa beberapa sel yang bergandengan, dapat berupa benang. Satu helai benang disebut hifa. Hifa dapat tumbuh dengan bercabang-cabang sehingga merupakan jaring-jaring disebut miselium. Hifa menegak berisi spora. Dinging sel terdiri dari selulosa dan juga kitin (Dwidjoseputro, 1978).

2.3 Macam – Macam Klasifikasi Jamur
Ada beberapa klasifikasi jamur yaitu derosiny center (jamur lendir seluler), Myxomycetes (Jamur Lendir Sejati), Phycomycetes (Jamur tingkat rendah) dan Eumycetes (Jamur Tingkat Tinggi), Eumycetes terdiri dari 3 basis yaitu Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (Fungi Imperfecti) (Sumiarsih, 2003).

Menurut Kurniawati (2010), berdasarkan karakteristiknya , klasifikasi jamur dapat dibedakan menjadi tiga kelas utama yaitu :
1. Divisi Myxomychopyta.
2. Divisi Eumychopyta.
  1. Kelas Phycomycetes. Golongan jamur tingkat rendah.
  2. Kelas Ascomycetes. Golongangan jamur tingkat tinggi.
  3. Kelas Basidiomycetes. Termasuk jamur tingkat tinggi.
  4. Kelas Deuteromycetes. Teremasuk golongan fungi imperfechi, yakni golongan  jamur  (cendawan) yang memiliki fase pembiakan seksual yang belum di ketahui dengan jelas
Kira – kira 30.000 spesies fungi yang telah diidentifikasi secara tradisional, mereka dibagi menjadi empat kelompok taksonomi, terutama berdasarkan macam. Spora yang di hasilkan , kelompok itu ialah Phcomycetes , ascomycetes, basidiomycetes, dan fungi imperfecti (Kimball, 1992).

2.4 Macam-Macam Metode Penanaman Jamur beserta Kelebihan dan Kekurangannya
Metode heinriclis dengan memakai object glass, tisuue basah yang di masukan dalam cawan dan di sterilkan. Lalu meneteskan suspensi spora jamur dalam media cair pada media cover glass yang tidak di beri lilin. Inkubasi pada suhu makar selama 3x24 jam.

Metode slide culture (microculture). Teknik ini bertujuan untuk mengamati sel kapang dengan menumbuhkan spora pada object glass yang di tetesi media dengan preparat ulas seperti yang telah diuraikan di depan. Namun sering kali misellium atau susunan spora menjadi pecah atau terputus sebagian penampakan di mikroskop dapat membingungkan. Dengan teknik ini, spora dan misellium tumbuh langsung pada slide sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.
Metode riddel, setelah penyeterilan saboruad dextrose agar steril di potong bentuk kubus  dan diletakan di objek glass dan diinkubasi selama 3X24 jam taruh di preparat dan di amati (UNSOED, 2008).

Terdapat dua metode untuk memperoleh biakan murni yaitu teknik cawan gores dan cawan tuang. Kedua teknik ini berdasarkan pada pengenceran organisme sehingga dapat dipisahkan hanya species tertentu berada sebagai sel tunggal. Dengan demikian dapat diperoleh ciri-ciri kultural, fisiologi maupun serologis (Karliana, 2009).

Menurut Buckle (1985), Metode perhitungan sel – sel hidup dibagi menjadi 3 yaitu :
1.     Prosedure penumbuhan dalam agar
2.     Prosedure penyaringan dengan membran
3.     Teknik mpn (most probable number)

Macam – macam metode perhitungan koloni menurut Schelgel (1994), adalah :
1. Metode langsung :  metode dimana massa agar di tentukan setelah sel – selnya diendapkan dengan sentrifus
2. Metode tidak langsung ; metode yang di dasari penentuan intensif  kekeruhan suspensial dan dapat di gunakan untuk menetapkan massa.

Silahkan Download File Microsoft Word .DOC Untuk Melihat Isi Lengkapnya:

Comments

Popular posts from this blog

Laporan Praktikum Biologi Perikanan : Seksualitas Ikan

Makalah Teknik Pengemasan Dengan Kemasan Kertas